Ketua Ginsi Jatim Romzy Abdullah mengatakan, hal ini disebabkan gencarnya pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintah di berbagai daerah. Menurutnya, komponen besi dan baja dalam pembangunan infrastruktur nasional tidak semua bisa dipenuhi dari dalam negeri. Sehingga beberapa komponen harus diimpor dari negara lain. Hal ini dinilai membuat permintaan beberapa komponen dari luar negeri naik.
"Adanya pembangunan di berbagai daerah ini membuat beberapa bahan yang belum bisa dipenuhi pasar nasional naik setiap tahun. Dan mendorong permintaannyat setiap bulan tambah terus bertambah," terangnya.
Romzy sebagai salah satu importir besi dan baja Tanah Air ini mengaku, selama ini tidak ada kendala berarti dalam impor beberapa bahan. Sedangkan pemerintah selaku pemegang kebijakan juga masih bisa diajak berkoordinasi. "Kendalanya hanya beberapa bahan tidak bisa didapat di dalam negeri, khususnya terkait ukuran yang sesuai dengan spesifikasi pembangunan yang ada," katanya.
Sementara itu, untuk proyeksi impor besi dan baja tahun 2019, Romzy mengaku belum bisa melihat secara detail. Namun, pihaknya berharap tetap akan ada kenaikan minimal sekitar 30 persen seperti tahun sebelumnya. Sebab menurutnya, hal itu menunjukkan bahwa pembangunan masih ada di berbagai daerah.
"Saat ini beberapa importir juga belum bisa melihat proyeksi di tahun 2019, karena pasca pemilu ini beberapa pengusaha Indonesia masih melihat dan menunggu kebijakan berikutnya," katanya.
Sampai saat ini, jumlah importir yang telah tergabung dalam Ginsi mencapai sekitar 600 anggota dari total sekitar 3.200 importir yang ada di Provinsi Jawa Timur.
Sumber : https://radarsurabaya.jawapos.com